Tekanan darah tinggi, atau yang secara medis dikenal sebagai hipertensi, sering dijuluki sebagai "silent killer" atau pembunuh senyap. Julukan ini sangat tepat karena hipertensi seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas selama bertahun-tahun, bahkan ketika kondisi tersebut sudah mulai merusak organ-organ vital di dalam tubuh. Jika tidak dikelola dengan baik, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi serius yang mengancam jiwa.

Tekanan darah adalah kekuatan darah yang mendorong dinding arteri saat jantung memompa. Tekanan darah diukur dalam milimeter merkuri (mmHg) dan terdiri dari dua angka:

  • Sistolik: Angka atas, menunjukkan tekanan saat jantung berdetak dan memompa darah.

  • Diastolik: Angka bawah, menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara detak jantung.

Tekanan darah dianggap tinggi jika secara konsisten berada pada angka 130/80 mmHg atau lebih tinggi.

Bahaya utama dari tekanan darah tinggi terletak pada kerusakan yang ditimbulkannya pada arteri dan organ-organ tubuh seiring waktu. Arteri yang sehat seharusnya elastis dan fleksibel. Namun, tekanan darah tinggi yang terus-menerus dapat membuat dinding arteri menjadi kaku, menebal, dan menyempit. Proses ini disebut aterosklerosis, yang juga diperburuk oleh kadar kolesterol tinggi.

Berikut adalah beberapa komplikasi serius akibat darah tinggi yang tidak terkontrol:

1. Penyakit Jantung

Hipertensi memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Beban kerja ekstra ini dapat menyebabkan:

  • Penyakit Jantung Koroner (PJK): Arteri koroner yang menyuplai darah ke otot jantung dapat rusak dan menyempit, menyebabkan nyeri dada (angina), serangan jantung, atau gagal jantung.

  • Pembesaran Jantung (Hipertrofi Ventrikel Kiri): Dinding otot ventrikel kiri jantung menebal dan kaku karena bekerja terlalu keras, mengurangi efisiensi pemompaan jantung dan akhirnya menyebabkan gagal jantung.

  • Gagal Jantung: Jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

2. Stroke

Ini adalah salah satu komplikasi paling parah. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama untuk stroke, yang terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terganggu. Ini bisa terjadi karena:

  • Stroke Iskemik: Gumpalan darah menghalangi aliran darah ke otak, seringkali akibat aterosklerosis di arteri yang menuju otak.

  • Stroke Hemoragik: Pembuluh darah yang melemah di otak pecah dan berdarah ke dalam otak.

3. Penyakit Ginjal Kronis

Pembuluh darah kecil di ginjal sangat rentan terhadap kerusakan akibat tekanan darah tinggi. Ginjal berfungsi menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah. Jika pembuluh darah di ginjal rusak, kemampuan ginjal untuk berfungsi akan menurun, yang dapat menyebabkan gagal ginjal dan mungkin memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.

4. Gangguan Mata

Pembuluh darah kecil yang rapuh di mata (retina) juga dapat rusak akibat hipertensi. Ini bisa menyebabkan retinopati hipertensi, yang dapat mengakibatkan penglihatan kabur, perdarahan di mata, atau bahkan kebutaan.

5. Penyakit Arteri Perifer (PAP)

Seperti halnya arteri di jantung dan otak, arteri di kaki, lengan, dan perut juga dapat mengeras dan menyempit akibat tekanan darah tinggi. Ini dapat menyebabkan nyeri saat berjalan (klaudikasio), mati rasa, dan peningkatan risiko infeksi serta luka yang sulit sembuh pada ekstremitas.

6. Aneurisma

Tekanan tinggi yang konstan pada dinding arteri dapat melemahkan bagian tertentu dari arteri, menyebabkan tonjolan atau balon (aneurisma). Jika aneurisma pecah, dapat menyebabkan perdarahan internal yang mengancam jiwa.

Meskipun hipertensi bisa menyerang siapa saja, beberapa faktor meningkatkan risiko Anda:

  • Usia: Risiko meningkat seiring bertambahnya usia.

  • Riwayat Keluarga: Jika orang tua atau kerabat dekat memiliki hipertensi, risiko Anda meningkat.

  • Obesitas atau Kelebihan Berat Badan: Meningkatkan beban kerja pada jantung.

  • Pola Makan Tidak Sehat: Terlalu banyak garam, lemak jenuh, dan lemak trans.

  • Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup tidak aktif.

  • Merokok: Merusak dinding pembuluh darah.

  • Konsumsi Alkohol Berlebihan: Dapat meningkatkan tekanan darah.

  • Stres: Tingkat stres yang tinggi dan tidak terkontrol.

  • Kondisi Medis Lain: Diabetes, penyakit ginjal, dan sleep apnea.

Mengingat sifatnya yang "senyap", satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Jika terdiagnosis, penting untuk mengikuti saran dokter. Pengelolaan hipertensi biasanya melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup sehat (diet rendah garam, olahraga teratur, menjaga berat badan ideal, berhenti merokok, batasi alkohol, kelola stres) dan, jika perlu, konsumsi obat-obatan penurun tekanan darah sesuai resep dokter.

Jangan anggap remeh tekanan darah tinggi. Dengan deteksi dini dan pengelolaan yang tepat, Anda dapat mengontrol kondisi ini dan mengurangi risiko komplikasi serius, menjaga kesehatan jantung dan kualitas hidup Anda dalam jangka panjang.